Minggu, 19 Juni 2011



TANGGA MIMPI seorang PENGUSAHA



Materi tulisan ini aslinya saya dapatkan dari sharing nya Mas @ranggaumara melalui twitter semalam. Dari sharing tersebut saya kumpulkan, saya catat, saya sarikan dan tulis disini. Siapa tahu bermanfaat bagi pembaca blog ini. Yang pasti sih bermanfaat banget buat saya



Mas Ranggaumara ini yang punya Pecel Lele Lela, yang cabangnya sudah ada di mana-mana. Jadi sudah tidak diragukan lagi, materi ini bukan teori semata tapi benar-benar hasil praktek lapangan. Langsung dimulai saja deh ya…



Setiap orang pada dasarnya bisa menjadi pengusaha yang sukses. Karena sukses adalah hak setiap orang. Namun banyak yang terlalu banyak berfikir, sehingga malah tidak segera action. Ada juga yang setelah action banyak yang gagal. Tapi jangan salah lebih banyak lagi yang sukses. Jika kita mau sedikit menganalisa, sebenarnya sukses dan gagal itu memiliki pola yang dapat kita pelajari untuk kemudian kita ikuti atau hindari. Intinya setiap sukses atau gagal pasti ada jejaknya.



Tangga mimpi menjadi pengusaha bisa diartikan sebuah proses yang harus dilewati, harus dijalani, tidak bisa dipotong. Alias ini adalah jalur alamiah seorang pengusaha yang benar-benar teruji. Banyak orang yang ingin mengambil cara-cara instan, baru buka usaha mau cepat kaya. Baru buka usaha maunya usahanya sudah bisa ditinggal jalan-jalan tetapi duit tetap masuk, padahal sistem belum terbentuk dan apalagi teruji. Yang instan begini biasanya malah gak kaya-kaya. Proses inilah yang harus dijalani, tidak bisa dilewati atau di by pass. Tapi nikmatilah proses yang ada, untuk membentuk karakter pengusaha yang tangguh.




Rugi atau untung itu akumulasi dalam perjalanan kita menjalankan usaha. Jangan belum apa-apa sudah ngaku rugi, atau belum apa-apa sudah mau untung besar. Bak olahraga yang memerlukan latihan setiap harinya. Bisnis juga sama, memerlukan latihan, fokus, konsisten dan komitmen supaya cepat mahir dan terlatih. Seorang atlit professional berlatih terus menerus tanpa mengenal lelah, hingga mampu menjadi yang terbaik di bidangnya. Para pengusaha sukses juga melakukan hal yang sama, berlatih terus dan gak pernah berhenti. Bedanya pengusaha berlatih dengan latihan ikhlas, latihan mental, latihan strategi, berlatih rugi, berlatih ditipu orang bahkan sampai bangkrut. Tapi mereka yang sukses adalah yang mampu bangkit lagi tanpa kehilangan minat akan bisnisnya.



Start from simple. Ya, mulailah dengan hal yang simple, yang sederhana. Suatu hal besar dimulai dari satu langkah action yang simple. Berlatihlah dengan usaha yang sederhana terlebih dahulu, yang mudah kita kelola. Kemudian dari yang sederhana itu mimpikan akan menjadi hebat nantinya. Proses ini jangan dibalik… Baru mulai pengennya sudah langsung yang hebat hebat, akhirnya kebanyakan mikir malah gak jadi mulai. Melangkah saja dulu, yang penting mulailah ACTION



Apa saja sebenarnya tingkatan perjalanan suatu usaha/bisnis yang akan dilalui oleh seorang pengusaha



1. Inception atau permulaan



Dalam fase ini biasanya pengusaha masih lemah dalam sistem dan keuangan, masih bekerja sendiri. Biasanya di fase ini pemilik/pengusaha merangkap fungsi, mulai dari investor, bagian keuangan, marketing, kurir, hingga Office Boy.



2. Prototype



Di Fase ini karena sudah memiliki pengetahuan berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dilalui, biasanya sudah bisa membuatu suatu model/prototype sistem kecil. Biasanya masalah yang dihadapi lebih pada permodalan untuk mengembangkan usaha, karena pada level ini belum dilirik oleh Bank. Untuk mengembangkan usaha yang mungkin dilakukan adalah menggandeng Investor. Bisa ortu, teman, saudara bahkan sampai rentenir (kalau yang terakhir ini kalau bisa lebih baik jangan deh…). Selain masalah keuangan untuk pengembangan usaha, masalah lainnya yang dihadapi biasanya berkaitan dengan kemitraan. Hati2 dalam bermitra karena sistem kita belum teruji, marketnya juga belum terbentuk pastikan dalam bermitra kita memilih mitra yang sama-sama siap menerima resiko terburuk yang bisa terjadi. Karena itu pastikan setiap kerjasama selalu dimulai dengan Hitam diatas Putih, meskipun itu dengan ortu, teman, saudara. Supaya segala sesuatunya jelas di awal.



3. Roll Out



Dalam fase ini pengusaha seharusnya sudah lebih terlatih lagi dan mulai bisa melepaskan diri dari masalah-masalah yang ada di fase sebelumnya. Eng… ing… eng… orang-orang sudah mulai bisa melihat pertumbuhan usaha kita, biasanya mulailah masuk permodalan dari korporat sperti dana pensiunan dll. Biasanya di level ini seorang pengusaha sudah mulai bisa “bernafas” karena pengalaman sudah cukup dan mulai bisa mengendalikan Cashflow nya



4. Rapid Growth



Di fase ini pengusaha sudah bisa dikategorikan terlatih, mulai bisa ekspansi kemana-mana, krn sdh memilliki sistem yang teruji dan SDM. Permodalan sudah tidak lagi menjadi masalah karena Bank sudah mulai melirik. Begitu juga investor pun sudah mulai berdatangan sendiri. Tapi harus hati-hati, ekspansi yang gencar tanpa diimbangi persiapan sistem dan SDM yang memadai malah bisa jadi bumerang. Pastikan segala sesuatunya sudah siap, sistem yg terus di update dan menggunakan SDM berpengalaman.

Tidak sedikit pengusaha yang masuk ke fase ini terlalu cepat, akhirnya hilang kepercayaan. Di fase ini pengusaha dituntut untuk lebih bijak dan tidak sembrono dalam melakukan pengembangan usaha, pastikan sudah benar benar siap. Yang perlu diingat setiap Investasi harus benar benar digunakan untuk Ekspansi bukan lagi sekedar Eksperimen.



5. Ekspansion



Bisa dibilang ini adalah level matang. Seorang pengusaha sudah mulai memikirkan untk terus menambah usahanya bisa intensifikasi atau diversifikasi bisnis lain. Di level ini sudah bisa dipastikan bahwa sistem yang bekerja. Tugas pengusahanya hanya bermimpi “mau buka apalagi ya?”. Permodalan sudah bisa di Go Public-kan atau IPO initial Public Offering.



6. Maturity



Ini adalah tahapan yg paling Oke. Di fase ini sudah bisa dipastikan seorang pengusaha posisinya benar benar sudah “Establish”. Sistem berjalan dengan baik dan teruji, usaha sudah berkembang memiliki cabang dimana-mana, sudah memiliki bisnis-bisnis turunan hasil dari diversifikasi. Tetapi tetap jangan lengah dan terlena, karena bisnis harus terus berinovasi, berevolusi supaya tetap dapat mengikuti kondisi market.



Kurang lebih itulah Tangga Perjalanan sebuah Usaha di Seluruh Dunia. Pertanyaanya ada di posisi mana kita saat ini? Sedang atau akan menuju kemana kita? Berapa lama kita bisa melewati tahapan-tahapan tersebut?



Jawaban masing-masing orang pasti akan berbeda-beda, begitu pula hasil dari masing-masing orang juga akan berbeda. Kuncinya hanya dengan menikmati setiap Proses. Tetap fokus, konsisten, Jangan pernah berhenti, Kerugian terbesar adalah disaat kita berhenti dan merasa gagal. Jadi pengusaha sukses samasekali bukan ditentukan sama bakat, keahlian dan juga modal. Tetapi ditentukan oleh MENTAL.



Mari kita bangun MENTAL pengusaha. Mau buka Usaha apa juga YAKIN pasti Sukses….yg penting ACTION dulu. Jangan takut dengan resiko sebelum mencobanya. Resiko dalam bisnis ada 2.



1. Resiko yg terkontrol (Control Risk) 95%



2. Resiko yg tdk terkontrol (Uncontrol Risk ) 5%



Sebenarnya sebagian besar kegagalan terjadi karena Control Risk yang 95%, yang sbnrnya bisa kita hindari. Jadi mitos yang sangat salah “BISNIS 95% kemungkinannya “GAGAL”, Fakta Yang BENAR “BISNIS 95% kemungkinannya “SUKSES”



Buat yang belum memulai usaha ayo mulai ACTION SEKARANG JUGA. Mulai dari langkah kecil dan sederhana dulu…

Minggu, 12 Juni 2011

7 STRATEGI BISNIS MENANTANG ARUS

oleh Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia pada 10 Mei 2011


posted from Muhammad syafei (owner of FEi Group Corporation)

SELAMAT MEMBACA


"Untuk mencapai sukses, tak usah meniru sukses masa lalu. Sebagian pebisnis menerapkan jurus-jurus bisnis yang tak lazim dan bertentangan dengan teori. Mereka sukses karena menerapkan jurus-jurus bisnis yang menentang arus”
Antrean di sebuah counter BreadTalk di Mal Kelapa Gading, Jakarta, itu tampak mengular. Panjang. Mereka rela antre hanya untuk dapat mencicipi sepotong roti bertabur abon. Untunglah, sambil antre, mereka masih terhibur melihat “atraksi” pembuatan roti di dapur yang dindingnya transparan.
Dapur transparan, bukankah itu melanggar tradisi? Bukankah itu sama saja dengan membuka rahasia dapur? Bukankah itu menentang arus? Apalagi kebanyakan toko roti selama ini selalu meletakkan dapur di belakang. Salah satu tujuannya adalah agar tak mudah dilihat pesaing. Lagi pula, banyak orang menganggap tabu kalau pembeli bisa melihat suasana dapur, yang biasanya jorok, kotor, dan berantakan. Anggapan itu justru “ditabrak” BreadTalk.
“Dengan konsep open kitchen, BreadTalk ingin menjadi sebuah butik roti yang ingin bisa menyatukan rasa, pikiran, dan mata,” kata Sugiyanto Wibawa, vice-president director PT Talkindo Selaksa Anugrah, nama perusahaan pemegang hak waralaba BreadTalk di Indonesia. Meski Sugianto mengaku bahwa konsep open kitchen berasal dari Singapura, nyatanya apa yang ia lakukan kemudian diikuti oleh beberapa toko roti lainnya di Tanah Air.
Menentang Arus, Apa Itu? Menurut associate consultant MarkPlus&Co, Yuswohady, jurus-jurus bisnis menentang arus kerap disebut sebagai blue ocean strategy. ” Blue ocean strategy adalah strategi yang biasanya diterapkan dalam sebuah arena bisnis, di mana kondisi pasar atau lautnya masih berwarna biru, terbuka, karena belum banyak pemain yang menggarap,” papar Siwo, panggilan akrab Yuswohady. Jadi, lanjut dia, bisa dikatakan bahwa blue ocean strategy adalah strategi yang radikal, gila, dan cenderung menentang arus bisnis yang ada.
Dalam kasus BreadTalk, jurus menentang arus yang dipakainya adalah tak sekadar mengandalkan kenikmatan rasa rotinya, seperti toko-toko roti lainnya di Indonesia. “BreadTalk berani menabrak tradisi dapur tertutup, dan terbukti bisa memainkan emosi konsumen dengan konsep keterbukaan dapurnya,” jelas Siwo.
Selain BreadTalk, fenomena menentang arus juga dipakai Putera Sampoerna ketika mengeluarkan rokok rendah tar dan nikotin, A Mild, pada 1990-an. Langkah Putera ketika itu terbilang berani. Pasalnya, saat itu pasar rokok Indonesia masih didominasi oleh rokok kretek. HM Sampoerna bahkan dikenal sebagai salah satu produsen rokok terbesar yang sukses dengan rokok kretek merek Dji Sam Soe dan Sampoerna Eksklusif. “Namun, demi menghidupkan pasar A Mild, Putera Sampoerna malah memutuskan untuk mematikan produk Sampoerna Eksklusif,” ujar Sendi Sugiharto, head manager of Category Low Tar Low Nikotin. Sebuah langkah berani dan penuh risiko.
“Rokok A Mild adalah bukti keberanian Putera Sampoerna untuk melupakan kesuksesan HM Sampoerna dengan kejayaan rokok kreteknya,” ucap Siwo. Padahal, biasanya orang kalau sudah sukses, mereka akan menggunakan strategi bisnis atau membuat produk yang tak jauh berbeda dengan kesuksesan masa lalunya. Gampangnya, ngapain mesti repot-repot kalau bisa menjiplak strategi bisnis sebelumnya. Namun, untuk Putera Sampoerna, ia malah mempraktekkan jurus menentang arus: lupakan sukses masa lalu.
Dalam dunia dengan persaingan yang makin keras, berbisnis dengan cara-cara yang biasa jelas tak memadai lagi. Produk harus unik. Strategi jangan sampai mudah dikenali lawan. Itu pulalah yang diterapkan oleh Bob Sadino, pemilik sekaligus pendiri Kemchicks Supermarket, yang berlokasi di bilangan Kemang, Jakarta Selatan. Bob dikenal sebagai pengusaha yang anti manajemen. “Saya selalu menganalogikan bisnis itu seperti sungai yang penuh kebebasan, tanpa perencanaan, bahkan tanpa arah tujuan yang hendak dicapai,” kata pria yang khas dengan celana pendeknya itu.


Bob tak pernah memakai rencana, atau mematok target. Untuk masalah keuangan di Kemchicks Supermarket pun Bob tak pernah ikut campur. Semua pengelolaannya ia percayakan kepada karyawan, yang oleh Bob disebut sebagai “anak-anaknya”. “Jadi, kalau Kemchicks untung Rp100 miliar, ya terserah anak-anak saja, mau dihabiskan untuk apa saja,” katanya, serius. Bob memang memberikan kebebasan penuh kepada 350 karyawannya untuk bekerja sesuai keinginan mereka. Meski serba tak masuk di akal, toh terbukti hingga kini Kemchicks, Kemfood, dan Kemfarm masih eksis.
Cara aneh membesarkan usaha juga dilakukan oleh Purdi E. Chandra. Ia termasuk orang yang percaya bahwa kalau ingin sukses tak perlu pendidikan formal. Namun, ketika Purdi mendirikan Entrepreneur University dengan cara itu, banyak orang mengerutkan kening. “Kuliah di Entrepreneur University modelnya tanpa ijazah. Mahasiswanya baru bisa diwisuda kalau sudah berhasil membuat usaha sendiri,” kata Purdi. Jadi, kalau ingin sukses seperti Purdi, yang mantan anggota MPR RI ini, lupakan pendidikan formal. Ijazah itu tak penting.
Sudah tentu masih banyak jurus menentang arus yang bisa dipetik dari berbagai kasus. Misalnya, ada fenomena kaos Dagadu dari Yogyakarta yang tak mau ekspansi ke luar dari Kota Gudeg itu. Lalu ada Joger dari Bali, strategi harga tiket murah ala Lion Air, gratis kartu prabayar As, dan sebagainya.
Melihat Dari Sisi Yang Berbeda Lalu, apa yang bisa dipetik dari beberapa jurus bisnis menentang arus tadi? Sukseskah? Kafi Kurnia, pakar bisnis dan pemasaran dari Inbrand, memberi gambaran gunanya memakai jurus menentang arus. “Dalam berbisnis, kadang kala, kita mesti berpikir secara holistik atau dari dua sisi,” katanya. Jadi, ibarat koin, melihatnya harus dari dua sisi secara bersamaan.
Cara ini biasa digunakan orang-orang yang mengalami kemacetan saat menjalankan teori-teori bisnis dari bangku pendidikan. “Sebab, di dunia ini sebenarnya banyak teori bisnis yang hanya melihat dari satu sisi. Padahal masih ada sisi yang lain, yang berbeda sama sekali,” kata Kafi, yang juga penulis buku Anti Marketing –sebuah buku tentang jurus-jurus pemasaran yang edan, ngawur, tapi kreatif. “Ibaratnya, kalau menemui jalan yang mulai macet, supaya mobilnya tetap jalan, ya harus mencari jalan alternatif,” kata pria berambut jabrik ini. Jadi, meski dianggap nyeleneh, sebenarnya jurus-jurus menentang arus bisa dijadikan alternatif dari teori bisnis yang ada.
Namun, yang patut diingat, memakai jurus-jurus menentang arus bukan tanpa risiko. Untuk mengenalkan cita rasa rokok mild, misalnya, membutuhkan waktu 3-5 tahun. “Sampai 1995 saja A Mild belum dikenal konsumen. Buktinya, kalau kami membagi-bagi sampel gratis pun masih ada konsumen yang tidak mau,” tutur Sendi Sugiharto. Salah satu kendala yang paling berat untuk mendorong kesuksesan A Mild, tambah Sendi, adalah terus meyakinkan pasar.
Akhirnya Sampoerna memutuskan untuk melakukan edukasi pasar dan terus meyakinkan tim pemasaran dan wiraniaganya agar mau terus menjual. Hasilnya tidak sia-sia. Dengan brand “Bukan Basa Basi”, tahun 2004 A Mild bisa menguasai 8% pangsa pasar rokok mild, atau lebih dari 200.000 batang per tahun. Ia diikuti oleh para pesaingnya, seperti Star Mild dan X Mild (Bentoel), LA Light dari Djarum Kudus, dan yang terakhir Gudang Garam Nusantara.
Menurut Siwo, menerapkan jurus menentang arus memang berisiko. Salah satunya, harus mau mengedukasi pasar. “Tak mudah mengubah keinginan pasar yang masih perawan, alias blue ocean,” ungkap alumnus Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada ini. Risiko selanjutnya adalah kemungkinan langsung ditiru oleh kompetitor, seperti dalam kasus A Mild dan BreadTalk.
Memang begitulah, sesuai namanya, yaitu menentang arus, sudah pasti jurus ini akan berhadapan melawan arus. Untuk berhasil, yang menerapkannya mesti punya tenaga ekstra. Namanya saja menentang arus. Jika tanpa tenaga ekstra, ia malah bakal hanyut terbawa arus … lalu tenggelam.
Jurus-Jurus Menentang Arus Itu ….
1. Lupakan Sukses Masa Lalu
Tak ada kesuksesan yang abadi. Sebelum masa suram itu tiba, mulailah dari sekarang untuk melupakan masa lalu (baca: kesuksesan Anda). “Salah satu langkah awal membuat jurus menentang arus adalah melupakan formula, strategi, dan semua sendi-sendi kesuksesan perusahaan atau bisnis di masa lalu,” ungkap Yuswohady. Sebab, biasanya, keberhasilan masa lalu bisa dengan mudah diikuti oleh para kompetitor. Sebagai generasi ketiga, Putera Sampoerna mau melupakan kejayaan rokok kreteknya dengan meluncurkan A Mild.
2. Tabrak Saja Tradisi
Siapa yang bakal mengira bisa melihat cara membuat roti di sebuah mal? Dengan konsep open kitchen, BreadTalk sukses menggabungkan pikiran, rasa, dan mata. Atau, Anda mungkin masih ingat pada 1980-1990, tren minuman dalam kemasan banyak yang berbentuk botol. Namun, Extra Joss justru berani membuat minuman kemasan sachet. Sukses ternyata bisa dicapai kalau ada keberanian menabrak tradisi.
3. Anti Manajemen

Jargon ini terkesan ekstrem. Teori manajemen mengajarkan pentingnya perencanaan, target, eksekusi, dan evaluasi. Namun, Bob Sadino justru bertolak belakang. Ia tak pernah memakai ilmu manajemen. “Sebenarnya langkah bisnis saya adalah langkah seribu,” gurau Bob. Tak ada manajemen, feeling, atau insting yang dipakai Bob dalam berbisnis.
4. Distribusi Itu Tidak Penting
Sukses sebuah produk sangat tergantung pada distribusinya. Namun, ini tak berlaku bagi kaus Dagadu di Yogyakarta dan kaus Joger dari Bali. Semua orang mengakui bahwa dua produsen kaus itu dikenal kreatif memainkan kata-kata. Namun, Dagadu dan Joger tak pernah mau membuka cabang di kota lain. Cara ini justru membuat produknya laris dan banyak dicari. Kaus Dagadu diproduksi 5.000-10.000 potong per bulan. Akibat pembatasan distribusinya, mereka yang ingin memilikinya harus datang ke Yogya atau Bali.
5. Lupakan Ijazah,
Lupakan Sertifikat Purdi E. Chandra, pendiri sekaligus dirut Primagama, sukses membesarkan lembaga bimbingan tes-nya yang kini beromzet Rp100 miliar per tahun. Kunci sukses Purdi justru tidak mengandalkan ilmu pendidikan formalnya. “Jadilah pengusaha yang cerdas di lapangan, di jalanan, dan berani menentang teori dari sekolah formal,” katanya.
6. Harga Tak Usah Masuk Akal
Lion Air berani membanderol harga tiket pesawat 50% lebih murah dari semua harga tiket pesawat yang berlaku di semua maskapai saat itu. Hal serupa terjadi untuk pembelian kartu perdana dari IM3 dan Kartu As dari Telkomsel. Dengan harga beli Rp 15.000, konsumen bisa mendapatkan nomor perdana dan pulsa senilai Rp 25.000.
7. Tak Perlu Menjadi yang Pertama
Tak selamanya menjadi yang kedua, atau pengikut, selalu gagal. Dalam kasus internet banking, meski LippoBank yang menjadi pionirnya, kini justru BCA yang memimpin. Begitu juga dengan bisnis kartu kredit. Pencetusnya adalah Bank Duta, tetapi kini yang menikmati booming kartu kredit adalah Citibank.
Sumber Warta: Ekonomi